Lepaskan,
Dua tahun lebih, aku sudah melepaskan rasa itu.
Melepaskan namun masih memperhatikan setiap gerak geriknya. Tiap masalah yang di hadapinya saat ini dan tiap kegalauan nya ketika ia merasakan cinta.
Melepaskan namun masih memperhatikan setiap gerak geriknya. Tiap masalah yang di hadapinya saat ini dan tiap kegalauan nya ketika ia merasakan cinta.
Abaikan,
Satu bulan ini aku mencoba tak
memperdulikan nya. Tak lagi ingin berada dalam satu hubungan yang bahkan
hanyalah dalam sebuah saluran komunikasi. Ya. Aku sedang mencoba saat ini.
Lupakan,
Dari sejak lama aku berusaha
melupakan rasa ini. Lihatlah nomor mu yang bahkan sering masuk ke dalam kotak
blokir, akun media sosial mu yang juga tak luput dari itu dan aku bahkan
menghindari pertemuan dengan teman lama karna tak ingin bertemu dengan
bayangmu.
Tapi, Lupakan teryata tak semudah semerti saat melepaskan software dari
perangkatnya.
Dalam sebuah buku di bahas, bahwa
ada 3 fase untuk meninggalkan seseorang.
Lepaskan, abaikan dan kemudian lupakan.
Terlalu mudah untuk di ucapkan
bukan ?
Melepaskan nya, mengabaikan nya
dan melupakan nya. Jika dalam teori , hal ini akan dengan mudah di terima oleh ke-banyak-an
orang. Terutama bagi mereka yang sedang merasakan penyakit cinta.
Penyakit cinta ? mungkin dalam
benak anda akan bertanya mengapa cinta itu di katakan sebagai penyakit ?
Seperti yang di katakan plato,
Cinta adalah sebuah
penyakit karna Cinta adalah penyakit mental
yang serius. Lalu jika anda tahu cinta adalah penyakit mental yang serius
lantas anda menjauhi bahkan mengabaikan rasa
itu ?
Tentu saja tidak
bukan.
Karna apapun yang terjadi anda tetap tidak akan pernah bisa
melupakan nya, tak ingin mengapaikan nya dan setelah penyangkalan yang panjang
anda akan tetap menggenggamnya tanpa mampu melepaskan dia, rasa itu.
Cinta itu buta.
Buta bagi mereka yang tak bisa membedakan rasa yang mereka
rasakan.
Ia, dia , atau saya mengatakan mencintai namun bisa jadi ia,
dia, atau rasa itu hanya merasa terobsesi memilikinya tanpa mampu melihat objek tersebut bersama yang lain.
Penulis, tentu saja bukan seseorang dengan cap 'gak bisa move-on'
tulisan ini hanya bentuk sebuah rasa bosan dan penat dalam menjalani semester akhirnya.
laporan kp yang bahkan tinggal membuat penutup tapi tak juga mau ia sentuh, karna bosan.
dan laporan pa yang dalam masa implementasi mengalami kebinggungan menyatukan runtunan coding. penat itulah yang sedang penulis rasakan.
Sekian, dan sampai jumpa di lain waktu.